Kisah Inspiratif 18 (Sudah Berbuat Apa?!)

19 Januari 2016
Selamat malam pembaca.. hiks hiks hiks.
Kisah inspiratif kali ini sepertinya sedikit mengharukan. Entah bagi kalian iya atau tidak, tapi bagiku ini sangat mengharukan.
Tulisan ini langsung kubuat setelah makan malam. Tapi kemudian jeda karena aku harus pergi ke rumah saudara dengan keluargaku.

Jadi..

Malam ini tidak ada lauk di rumah. Sudah habis tadi sore maksutnya. Nasi juga tinggal sedikit. Akhirnya, ibuku menawariku untuk menggoreng telur. Lalu, ketika di dapur, aku melihat ayahku sedang membuat sesuatu. Ah, sambal kecap rupanya. Kulanjutkan menggoreng telur dan, jadi. Segera kubawa telur yang sudah kutempatkan di piring, ke meja makan. Ayahku sudah duduk dan siap untuk makan. Tapi..

Sebenarnya bukan pemandangan yang aneh ketika melihat ayahku tidak makan nasi. Pun juga dengan lauk-lauk yang enak. Ayahku sudah cukup tua, dan memang mengurangi makan nasi dan lauk-lauk yang memang tidak bagus untuk tubuh seusia beliau. Tapi sekali lagi.. aku benar-benar tidak tega ketika melihat ayahku makan seperti itu. Tidak dengan nasi, dan hanya dengan sayur-sayur, dan sambal kecap. Terlebih ketika ayahku berkata, “Ini lho dek, bapak makannya cuma kayak gini.. ga boleh makan yang enak-enak” . Oh Allah, sungguh ini membuat hatiku menangis. Kalian jangan bayangkan sayur yang enak dan macam-macam. Ah, begitulah pokoknya aku tidak bisa menjabarkan. Yang jelas, sangat sederhana!

Lalu seketika aku terbayang. Bagaimana mungkin aku bisa makan makanan enak di restoran mewah sedang ayahku hanya makan sederhana di rumah? Bagaimana mungkin aku mampu membuang uang di cafĂ© sedang ayahku dengan begitu susahnya mencari uang tapi tidak bisa makan makanan yang enak?

Oh, Allah.. Sungguh sakit sekali hatiku. Apa yang sudah kuperbuat selama ini untuk bisa membalas semua yang sudah diberikan ayahku? APA?!

Allah, aku hanya bisa berjuang. Berjuang dan terus berjuang. Aku belum bisa memberikan apapun, belum bisa membaut bangga, belum bisa mengganti sedikitpun apa yang pernah diberikan beliau untuuku.



Doaku kini satu Allah. Izinkan hamba, berilah hamba kesempatan, untuk bisa sedikit banyak membalas dan membahagiakan ayahku, juga ibuku. Hamba mohon ya Allah, sungguh hamba masih berjuang, dan berjanji untuk tidak akan pernah berhenti. Aamiin..

Comments

Popular posts from this blog

Catatan Rumah Kepemimpinan 15: Menjadi Pasangan Strategis, Kenapa Tidak?

Kenangan Ramadhan 1 : Tidak Jadi ke Solo, Ini Gantinya!

Kisah Inspiratif 5 (Dekat-dekat dengan Orang Soleh dan Hebat)