Posts

Showing posts from January, 2017

Catatan Rumah Kepemimpinan 14 : Membentuk Keluarga Penuh Cinta Kasih

Image
Selamat siang, Pembaca! Kali ini aku menulis bukan di Coklat Klasik, tetapi di perpustakaan FIB tercinta. Kalian perlu tahu, sebetulnya perpus FIB adalah tempat yang paling nyaman untuk menulis dan membaca. Tapi, sayangnya satu. Tidak boleh membawa makanan atau minuman ke dalam ruangan. Kalau saja boleh, wah, klop sudah. Aku tidak akan kenal dengan Coklat Klasik mungkin. Hehe. Kali ini, aku akan menceritakan tentang apa yang baru saja terjadi kemarin. Tentang sebuah perjalanan hati (kata mas Hamdan). Jadi, agenda peserta Rumah Kepemimpinan Regional 3 Yogyakarta kemarin adalah rihlah. Pada jadwal bulan Januari, yang tertulis memang rihlah istimewa. Menurut kabar yang tersebar pun rihlah ini juga akan diadakan secara bersamaan baik nakula maupun srikandi. Mau tidak mau kami penasaran juga, hendak kemana ya? Sampai akhirnya tibalah hari itu. Kami berangkat bersama-sama menuju sebuah tempat yang mungkin sedikit asing bagi kami. Ya, Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unita

Sudah Terlalu Lama Sendiri~

Image
sendiri banget? wkwk Selamat siang, Pembaca! Masya Allah lagi-lagi aku mengalami kejadian luar biasa siang ini di stasiun. Sambil menunggu kereta datang, kutulislah cerita ini karena sungguh menurutku ini terlalu luar biasa untuk disimpan sendiri. Siang ini, hari sudah mendung ketika aku memutuskan untuk kembali ke Jogja. Padahal, ayahku belum pulang dan ibuku sedang tidur. Inginnya sih berpamitan dengan mereka berdua. Tapi, kalau nanti keburu hujan dan aku justru tidak bisa balik, bagaimana? Akhirnya kuputuskan untuk segera bersiap dan berangkat. Kejaiban pertama. Tepat saat aku akan berangkat ke stasiun (diantar oleh kakakku), ayahku datang. Waah, bahagianya. Tak lama setelah itu, ibuku pun bangun. Alhamdulillah . Jadilah aku bisa berpamitan dengan ayah dan ibuku. Setelah bersalaman, aku segera berangkat. Kejaiban kedua. Di jalan, hari sudah sangat gelap. Sepanjang perjalanan aku hanya bisa berdoa, “Ya Allah, tolong jangan hujan dulu sampai nanti Mba Fafa pulang lagi k

Catatan Rumah Kepemimpinan 13 : Tangis yang Pecah (2)

Image
Episode-episode berikutnya banyak mengisahkan penaklukan yang dilakukan oleh kaum muslimin di berbagai daerah. Panglima perang kaum muslimin yang begitu cakap di sini adalah Khalid bin Walid. Sama seperti sebelum-sebelumnya, aku menangis lagi. Melihat bagaimana Khalid memipin pasukannya melawan pasukan musuh yang besarnya tiada terkira. Melihat bagaimana Khalid yang tidak punya rasa takut menerjang barisan musuh dan menghunus pedangnya pada pimpinan pasukan musuh. Hingga Khalid diberi julukan sebagai pedang Allah yang terhunus. AllahuAkbar.. Memasuki episode 24, saat Umar bin Khattab dibai’at menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar, aku menangis lagi. Saat itu Umar berdoa, “Ya Allah sesungguhnya aku keras, maka lunakkanlah. Ya Allah, sesungguhnya aku lemah, maka kuatkanlah.” Entah mengapa doa ini mengena sekali di hati. Umar yang menurut kebanyakan orang adalah seorang yang sangat kuat saja, masih merasa lemah dan terus memohon agar diberi kekuatan oleh Allah, bagaimana