Posts

Showing posts from 2016

Catatan Rumah Kepemimpinan 10 : Selamat Tinggal, Rumah Kepemimpinan

Image
Masih teringat betul kata-kata yang dilontarkan Bang Bachtiar selaku Direktur Rumah Kepemimpinan pada saat NLC (National Leadership Camp) empat bulan lalu, “Kita adalah pemimpin. Jalan pemimpin tidaklah sama. Jalan kita dipenuhi dengan penderitaan, ditempa berbagai cobaan, dihalang bermacam rintangan.” Itulah yang saat ini terjadi pada kami. Seperti badai yang hendak merobohkan pepohonan, ujian yang datang bagi Rumah Kepemimpinan sedikit banyak menggoyahkan kekuatan hati-hati kami. Tangis dan air mata yang sebelumnya sudah banyak jautuh, kini lebih menjadi-jadi. Tapi doa-doa kami tak pernah putus, dengan keyakinan bahwa akan ada keajaiban besar setelah ini. Rumah Kepemimpinan mengalami krisis. Ceritanya panjang. Keadaan ini kemudian membuat Rumah Kepemimpinan tidak dapat memberikan uang saku beberapa periode yang merupakan seperempat dari total keseluruhan beasiswa yang mestinya didapatkan setiap peserta setiap bulannya. Karena hal itu pun, peserta dipersilakan untuk memilih, ak

Catatan Rumah Kepemimpinan 12 : Dua Saudara Kami Sudah Selangkah Lebih Dekat Menuju Surga

Image
[Rumah Kepemimpinan sedang Berduka] Semoga kepergianmu syahid. Semoga perjuanganmu menjadi refleksi kami untuk terus bangkit. Dua hari yang lalu, Rumah Kepemimpinan kembali berduka. Salah seorang saudara kami pergi mendahului kami, selangkah lebih dekat menuju surga. Hastag yang kami gaung-ganungkan setiap hari, yakni Saudara Sampai Surga, seakan benar-benar tampak nyata bahkan sebelum kami benar-benar pergi seluruhnya. Perjuangan saudara-saudara kami tidak pernah putus, sampai Allah memanggil kami kembali. Sebelumnya, saudara kami juga sudah ada yang pergi. Membuatku merasa begitu sedih dan merasa bersalah karena belum bisa memberikan bantuan yang pantas. Kedua saudara kami pergi karena sakit. Yang satu memang sudah sakit sejak agak lama, dan yang satu sakit karena kecelakaan. Ketika mendengar kabar tentang mereka, entah kenapa hatiku sakit. Kami semua tahu, memutuskan untuk berada di Rumah Kepemimpinan bukanlah suatu yang mudah. Kami berjuang dari hal-hal yang paling sed

Catatan Rumah Kepemimpinan 11 : Saya Sih Alphard, Kamu?

Image
Selamat siang, Pembaca. Luar biasa sekali ternyata hikmah di balik tidak liburnya Rumah Kepemimpinan, aku bisa jadi lebih produktif menulis. Haha. Terima kasih RK! Siang ini aku menyempatkan diri untuk pergi ke temapt favortiku untuk menulis. Mana lagi kalau bukan Cokelat Klasik. Sebetulnya alasannya sederhana saja sih. Aku suka sekali minuman coklat dan di sini harganya murah. Hahaha. Tempatnya juga lumayan oke. Setidaknya aku bisa menyelesaikan banyak tugas dan beberapa tulisan serta melahap sekian buku kalau sudah duduk di tempat ini. Dan kali ini, aku sedang bersemangat sekali untuk menulis tentang apa yang baru saja tadi malam kudapatkan di Rumah Kepemimpinan. Awalnya, nama kegiatannya adalah basic skill : desain. Sepintas membayangkan, pasti belajar mengenai aplikasi yang bisa digunakan untuk membuat desain, bagaimana menggunakan tools-tools nya, dan sebagainya. Tapi, lagi-lagi Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Pembicara yang hadir tadi malam adalah Mas

Hati-hati yang Tulus

Image
10 Desember 2016 Dari kiri : Ali Bahri, Zainal, dan pemuda pemudi dusun Kiyaran Selamat siang, Pembaca. Ini adalah tulisan yang mestinya sudah kutulis sejak malam itu, tapi baru sempat kutulis sekarang. Jadi, anggap saja kalian sedang membaca cerita ini pada malam itu ya. Wkwk Terima kasih, Allah. Terima kasih untuk malam yang cerah ini. Terima kasih untuk hati-hati tulus yang belum bisa kupahami sampai sekarang bagaimana bisa sebaik itu. Tidak banyak yang terjadi hari ini. Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu kutuliskan, agar nanti ketika aku sudah mulai lupa dimakan usia, atau bahkan belum sampai masanya aku sudah tiada, orang-orang di sekelilingku akan tahu, pernah ada hari yang tulus mencatat rangkaian peristiwa penuh makna. Sebuah pencapaian baru. Aku berani menyetir motor sendiri sampai ke Dusun Kiyaran. Mungkin bagi orang lain, ini memalukan. Tapi bagiku, ini sebuah pencapaian baru. Karena sebelum-sebelumnya aku selalu nebeng—entah kenapa belum ada keberanian.

Catatan rumah Kepemimpinan 9 : IYLF (Inspiring Youth Leadership Forum)

Puji syukur ke hadirat Allah, Sabtu, 26 November 2016 peserta Rumah Kepemimpinan regional 3 Yogyakarta kembali diizinkan untuk bertemu dengan saudara-saudara kami peserta Rumah Kepemimpinan regional 4 Surabaya dan regional 7 Makassar dalam acara Inspiring Youth Leadership Forum (IYLF). Luar biasa sekali akhirnya acara ini dapat terselenggara mengingat perjuangan kakak panitia angkatan 7 yang pontang-panting sana-sini mencara biaya demi keberlangsungan acara ini. IYLF kali ini diadakan di desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan. Desa ini merupakan desa mertua manager Rumah Kepemimpinan regional 3 Yogyakarta, Bapak Chandra Nur Triwiyanto. Desa ini juga sekaligus menjadi desa binaan untuk Leadership Project Rumah Kepemimpinan regional 3 Yogyakarta angkatan 8. Tepat pukul 08.30, acara dimulai. Meski tidak semewah NLC, IYLF sedikit banyak mengingatkan kami pada NLC. Bedanya, peserta IYLF kali ini hanya RK 3, RK 4, dan RK 7. Akan tetapi, karena biaya perjalanan dari Makassar sampai Jog

Ketika Teknik dan Sastra Bersatu

Image
Selamat pagi, Pembaca! Hffft, akhirnya setelah sekian lama tidak menulis, di minggu yang rancu antara tenang atau tegang ini aku menyempatkan diri untuk menulis cerita-cerita yang belum sempat kutulis. Aku pernah menjanjikan sebuah cerita romantis antara sepasang insan yang baru saja menikah. Aku lupa, sepertinya sudah berjalan hampir satu bulan. Kisah romantis antara sarjana teknik dan sarjana sastra. Sebenarnya aku tidak akan menceritakan mengenai mereka berdua sih. Ya secara aku sebetulnya tidak tahu detail cerita pertemuan mereka hingga duduk di kursi pelaminan itu seperti apa. Aku hanya akan menyampaikan nasihat yang disampaikan oleh seorang ustad pada malam akad pernikahan mereka. Satu hal sederhana yang kuingat saat itu adalah pertanyaan ustad tersebut mengenai kriteria pasangan. “Kamu ingin pasangan yang seperti apa? Cantik? Pinter? Pinter masak? Pinter ngurus anak? Kaya? Solehah? Atau mau semuanya?” Kemudian mulailah satu persatu kisah mengenai memilih pasangan dicerit

Catatan Rumah Kepemimpinan 8 : Our Lovely Founding Father

Image
12 November 2016 Selamat malam, Pembaca. Sebetulnya malam ini aku ingin langsung istirahat, karena jam juga sudah menunjukkan pukul 23.50. Tapi, kajian yang baru saja selesai malam ini juga, begitu menginspirasi, jadi sayang sekali kalau tidak dibagikan. Apalagi, ditambah dengan akhir yang ‘mewek-mewek’ Kajian malam ini, adalah kajian istimewa—kajian kesukaanku. Namanya, Kajian Islam Kontemporer. Pembicaranya tentu tidak kalah istimewanya. Beliau adalah Ustad Musholli, founding father dari Rumah Kepemimpinan. Kalau ditanya beliau seperti apa, aku sampai tidak tahu harus bagaimana mendeskripsikannya. Beliau begitu hebat, keren, dan pastinya sangat menginspirasi! Kajian malam ini dimulai dengan nasihat beliau tentang rasa syukur. Sungguh bersyukur itu hal yang sangat luar biasa sekali, ya? Dimanapun, di awal setiap pembicaraan, selalu orang-orang mengingatkan tentang rasa syukur. Jadi teringat perkataan Bapak Sandiaga Uno saat NLC beberapa bulan lalu, “Hidup hanya tentang 2

Catatan rumah Kepemimpinan 7 : Jalan Juang menuju 25 Milyar

Image
         Selamat sore, Pembaca (: Kali ini aku akan berbagi cerita tentang sosok yang keren banget, dijamin! Siapa? Yuk simak ceritanya (: Siapa yang tidak tau warung SS (Spesial Sambal)? Warung makan dengan ciri khas sambalnya yang begitu beragam dan harganya yang murah itu, kini telah mencapai 76 cabang di 37 kota di Indonesia. Omzetnya pun hingga saat ini sudah mencapai 25 M perbulannya, masya Allah .. Lalu, apa sebetulnya yang menjadi rahasia warung SS hingga bisa menjadi sebesar sekarang? Dalam kajian tokoh di Rumah Kepemimpinan regional 3 Yogyakarta malam itu, dihadirkan langsung owner Warung Spesial Sambal, yakni Bapak Yoyok Hery Wahyono. Beliau menyampaikan banyak hal seputar perjuangan beliau dari awal mendirikan SS hingga bisa menjadi sebesar sekarang. Di awal pembicaraan, Pak Yoyok banyak menyampaikan tentang rasa syukur. Beliau mengatakan bahwa kekuatan bersyukur itu luar biasa. “Kepandaian bersyukurlah yang menyelamatkan hidup saya.” Tambahnya. Namun, yang nam

Catatan Rumah Kepemimpinan 6 : 2 Cerita Unik

Image
Foto oleh : Resa Paksi Selamat senja, Pembaca (: Kali ini aku mau berbagi sedikit mengenai cerita salah satu ustad yang mengisi kajian di Rumah Kepemimpinan beberapa waktu yang lalu. Tentu bukan cerita biasa, melainkan cerita yang kuanggap unik dan layak untuk dibagikan. CERITA I Cerita pertama, mengenai seorang dosen. Oh iya, aku lupa mengenalkan ya. Ustad yang mengisi kajian di Rumah Kepemimpinan beberapa hari lalu itu, bernama Ustad Deden. Jadi dulu saat masih kuliah, Ustad Deden pernah diajar oleh seorang dosen yang sangat disiplin. Hal itu membuat sebagian mahasiswa akhirnya menjadi kurang senang, melihat dosen tersebut juga sering sekali memberi tugas. Namun, ada sisi lain dari dosen tersebut yang tidak semua orang tahu. Ustad Deden bercerita, bahwa dosen beliau yang sangat disiplin tersebut jarang sekali datang ke kampus lebih dari pukul 06.30. Dosen beliau ini selalu datang pukul 06.00. Karena dosen tersebut memiliki kunci serep kantor maka beliau  bisa masuk kapan saja

Catatan Kampus 1 : Menertawakan “Sesuatu”

Image
17 Oktober 2016 Winny (Mandarin)-Rosyda-Junpei(Jepang) Foto oleh : Nur Fahmia Halo (: Kali ini aku akan sedikit berbagi mengenai apa yang barusan kupelajari dalam kelas Linguistik Austronesia. Aku tidak akan menuliskan materi yang kudapatkan tentunya, tetapi lebih kepada pelajaran di luar materi yang kudapatkan di dalam kelas hari ini. Jadi, di kelas Linguistik Austronesia ada dua mahasiswa asing. Satu dari Jepang dan satu dari Mandarin. Dua-duanya punya semangat belajar yang ah.. seringkali membuatku malu. Mereka bersemangat sekali ketika diajak berdiskusi dengan dosen. Seperti halnya hari ini, aku dan teman-teman berulang kali dibuat tertawa oleh kedua mahasiswa asing yang semangat belajarnya luar biasa itu. Aku sampai tidak bisa menghitung, sudah berapa gejala kebahasaan yang perlu untuk diteliti dan dikaji lebih jauh—seperti yang kami temukan hari ini. Padahal hanya bermula dari celetukan salah satu dari mahasiswa asing tersebut, yang pada akhirnya justru membuatku da

Catatan Rumah Kepemimpinan 5 : Aku Bisa Menulis (Lagi)

Image
2 Oktober 2016 Selamat sore, Pembaca. Luar biasa sekali di sore yang lumayan dingin ini gairah menulisku muncul kembali, setelah sekian lamanya tidak pernah menulis. Semua ini bermula dari sebuah buku. Terima kasih, Allah. Karena lagi-lagi menggerakkan tanganku untuk mengambil buku tersebut dan membelinya. Jadi sekitar pukul sebelas tadi, aku mampir ke toko buku Social Agency terlebih dahulu sebelum berangkat ke kampus. Niat awalnya adalah membeli buku untuk tugas resensi mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah. Begitu masuk toko buku tersebut, aku segera menuju rak dengan tulisan buku terbaru. Mengapa? Karena syarat untuk buku yang boleh diresensi adalah buku terbitan tahun 2016. Akhirnya aku menemukan satu buku yang sepertinya cukup bagus, judulnya Ya Rabb, Beri Aku Kesempatan Lagi. Namun karena masih sedikit ragu, akhirnya aku mencoba untuk berkeliling melihat buku yang lain. Sampai akhirnya, aku bertanya pada salah satu karyawan, benar tidak buku yang sudah kupilih tersebut ter

Leaders and Leadership (part 1)

Leaders and leadership malam ini, diawali Bang Bach dengan satu kalimat yang sangat menarik, yakni winner never quit, quiter never win. Kalimat ini kemudian dijelaskan bagaimana kemudian kita sebagai sosok pemimpin harus bisa senantiasa berubah ke arah yang lebih baik. Perubahan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah dari diri kita sendiri. Lingkungan atau siapapaun tidak akan bisa merubah diri kita jika kita sendiri memasang banyak gembok, jika kita sendiri menolak untuk melakukan sebuah perubahan. Salah satu contoh bentuk perubahan dalam diri adalah, sadar sejak dini bahwa kita semua adalah pemimpin. Masuk ke dalam barisan rumah kepemimpinan seharusnya membuat kita semakin sadar bahwa kita adalah calon-calon pemimpin dunia di masa yang akan datang. Karenanya, kita harus bisa memulai perubahan dari yang paling kecil, yakni memperbaiki niat. Niat ketika bergabung dengan rumah kepemimpinan. Jangan lagi niatnya adalah mendapat tempat tinggal gratis, atau mendapat uang saku, tetapi n