Posts

Showing posts from May, 2018

Skripsi: Keyakinan dan Kajian yang Rasional

Image
Selamat sahur, Pembaca. Semoga selalu berkah ya! Aamiin. Kali ini, saya akan mencoba menceritakan kembali ilmu yang telah saya dapatkan dari seorang guru besar yang sangat sangat keren sekali, yakni Profesor Heddy. Sebelumnya, saya merasa bersyukur sekali bisa kuliah di UGM. Sebab, banyak kegelisahan yang saya rasakan, tetapi justru kegelisahan-kegelisahan itulah yang membuat saya mencoba untuk mencari jawabannya dan dari sanalah kemudian saya mendapatkan banyak sekali pelajaran. Termasuk pertanyaan, masuk UGM, Islam dan Quran saya dikemanain yah? Secara khusus, saya berterima kasih sekali pada Mas Hanif, yang telah memberi saya informasi mengenai kajian yang sangat keren ini, yakni Kajian Intelektual Profetik. Siapa saja pengisinya? Ooh, mereka semua adalah para cendekiawan muslim yang sangat keren. Ada Prof. Heddy, ada Ustad Hamid Fahmy Zarkasy, ada Ustad Adian Husaini. Eh, jangan salah. Ustad Hamid dan Ustad Adian juga seorang doktor loh. Baiklah, langsung saja masuk ke

Catatan Rumah Kepemimpinan 15: Menjadi Pasangan Strategis, Kenapa Tidak?

Image
Jangan main-main dengan srikandi ya! IYCS (Indonesia Youth Contribution Summit) menjadi sebuah momen yang tak terlupakan buatku, sebab hampir di setiap sesinya mengandung nasihat seputar pernikahan. Ya, maklumlah, umur-umur sepertiku, bahasan soal pernikahan adalah suatu hal yang sensitif dan cukup membuat mata ‘melek’. Haha. Akan tetapi, dari sekian banyak pemateri yang menyelipkan bahasan soal pernikahan, aku tidak memfokuskan pada kisah pernikahan itu sendiri. Aku lebih berfokus kepada bagaimana memilih pasangan strategis untuk kemudian membina rumah tangga yang strategis pula. Penasaran?*cie                 Pertama, Heni Sri Sundani―Founder Agro Edu Jampang. Seorang perempuan tangguh yang menghabisan masa kuliahnya di Hongkong sambil menjadi seorang TKI. Bukan main kisah perjuangannya, membuatku ingat bahwa setiap apa yang ada pada kita saat ini mestilah disyukuri. Ia bercerita bahwa saat sudah sarjana (di Hongkong), ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan membangun