Catatan rumah Kepemimpinan 9 : IYLF (Inspiring Youth Leadership Forum)



Puji syukur ke hadirat Allah, Sabtu, 26 November 2016 peserta Rumah Kepemimpinan regional 3 Yogyakarta kembali diizinkan untuk bertemu dengan saudara-saudara kami peserta Rumah Kepemimpinan regional 4 Surabaya dan regional 7 Makassar dalam acara Inspiring Youth Leadership Forum (IYLF). Luar biasa sekali akhirnya acara ini dapat terselenggara mengingat perjuangan kakak panitia angkatan 7 yang pontang-panting sana-sini mencara biaya demi keberlangsungan acara ini.
IYLF kali ini diadakan di desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan. Desa ini merupakan desa mertua manager Rumah Kepemimpinan regional 3 Yogyakarta, Bapak Chandra Nur Triwiyanto. Desa ini juga sekaligus menjadi desa binaan untuk Leadership Project Rumah Kepemimpinan regional 3 Yogyakarta angkatan 8. Tepat pukul 08.30, acara dimulai. Meski tidak semewah NLC, IYLF sedikit banyak mengingatkan kami pada NLC. Bedanya, peserta IYLF kali ini hanya RK 3, RK 4, dan RK 7. Akan tetapi, karena biaya perjalanan dari Makassar sampai Jogja cukup mahal, jadi hanya perwakilan saja saudara kami dari RK 7 yang berangkat.
Sesi 1, diisi oleh Camat Cangkringan, Yakni Bapak Hermana. Bapak Hermana banyak membahas mengenai kepemimpinan. Bagaimana menjadi pemimpin yang baik? Pertama, kita harus bisa menentukan arah. Kalau ditanya tujuan, tujuan kita pasti banyak. Ingin inilah, ingin itulah. Akan tetapi, sebagai seorang pemimpin yang baik kita harus bisa menentukan arah atau jalan untuk mencapai tujuan tersebut. Jangan sampai tujuannya apa, tapi arahnya malah kemana. Kedua, kita harus bisa me-manage waktu dengan baik. Seorang pemimpin, manajemen waktunya harus baik. Bagaimana akan mengurusi orang lain kalau mengatur waktu diri sendiri saja belum bisa? Ketiga, pemimpin harus kreatif dan inovatif. Jadi, tidak ada istilah “saya tidak kreatif” Karena sejatinya kreatif itu bisa dilatih. Kemudian, dilanjutkan dengan sesi 2 yakni presentasi Leadaership Project. Nah, di sini lumayan seru. Karena setiap regional dipersilakan untuk mempresentasikan Leadership projectnya masing-masing. Untuk Yogyakarta, kami mempunyai 3 Ledership Project, yakni Sahabat Lestari yang bergerak di bidang pendidikan, Le Milk yang bergerak di bidang kewirausahaan, dan satu bidang lagi yang bergerak di bidang agroteknologi. Oiya, untuk regional lain kurang lebih juga mirip-mirip bidang pergerakannya. Hanya beda pada namanya saja. Ada Laskar Pahlawan, Kampoeng Juara, dan Kutu Air. Aku cukup terkesan dengan sesi ini. Tampak sekali setiap regional bersemangat mempresentasikan Leadership Projectnya masing-masing. Gagasan-gagasannya pun luar biasa. Aku berdoa, semoga kami semua diberi kelancaran dan kekuatan selama berjuang menjalankan Leadership Project tersebut.
Mm, sepertinya aku tidak akan banyak bercerita mengenai materi ya. Kalau mau tahu banyak, boleh lihat di catatanku (haha). Ada sih di hari kedua, seorang pembicara yang sangat keren sekali, sampai-sampai membuatku merinding. Beliau adalah Bapak Wahyudi, penggagas sekaligus pemilik Kampung Dolanan yang ada di daerah Bantul. Beliau bercerita, butuh waktu kurang lebih sekitar 9 tahun untuk menjadi sebuah cita-cita yang bisa dikatakan berhasil dan luar biasa sekali. Dari beliau kami belajar, bahwasannya perjuangan memang membutuhkan waktu yang panjang. Tidak sebulan dua bulan, atau setahun dua tahun, tapi bertahun-tahun. Kalau memang mau serius, ya harus tahan banting dalam waktu yang cukup lama. Jujur, beliau sangat menginspirasi, sekaligus membakar semangat kami yang memang dalam kurun waktu 1,5 tahun ke depan akan banyak berkecimpung di desa, menjalankan Leadership Project kami. Entah mengapa, sejak adanya penyampaian materi dan nasihat serta motivasi dari beliau, teman-teman Rumah Kepemimpinan regional 3 Yogyakarta menjadi lebih semangat menjalankan Leadership Project. Mengingat beberapa waktu sebelum berlangsungnya acara IYLF dan presentasi Leadership Project ini ada beberapa teman Rumah Kepemimpinan regional 3 Yogyakarta yang bahkan belum tahu Leadership Project tahun ini hendak menjalankan program apa saja. Tapi, Alhamdulillah. Berkat kehadiran Pak Wahyudi, kami menjadi sadar akan pentingnya membangun desa. Semangat kami terbakar kembali untuk bisa lebih banyak mengabdi dan kembali ke desa. Ada satu pesan terakhir dari Pak Wahyudi sebelum beliau menutup sesi ini, yakni JANGAN TINGGALKAN DESA!
Oh iya ada yang lupa. Ada pemateri yang lucu dan berulang kali membuat kami tertawa. Saya mengapresiasi sekali pemateri tersebut karena dengan cara penyampaiannya yang unik, kami tidak mengantuk.  Beliau adalah Bapak Edi, selalu kepala BOP Jogja. Beliau menyampaikan empat unsur kepemimpinan yang paling penting, yakni keberanian, kejujuran, kekereatifan, dan keikhlasan.  Nah, bagaimana cara menyampaikannya? Beliau meminta salah satu dari kami untuk maju. Katanya, beliau akan memberikan pertanyaan. Jadi, semacam menguji keberanian apakah ada diantara kami yang berani maju untuk menjawab meski belum tau pertanyaannya apa. Setelah itu, ada juga diantara kami yang ditanya pernah pacaran atau tidak. Ini juga menguji apakah kami jujur atau tidak. Lalu, tiba-tiba salah satu diantara kami diberi uang, lalu diberi pertanyaan akan digunakan untuk apa uang tersebut. Nah, yang ini menguji kekreatifan. Poin yang terakhir, keikhlasan. Tidak ada peragaan apapun. Karena ikhlas memang tidak bisa ditampakkan. Keren ya? Jujur, penyampaian materi dengan cara sedikit bermain seperti ini lebih mengena dan lebih tertanam lama di pikiran. Hehe
Lalu ada juga pemateri yang keren banget. Beliau tajir melintir tapi dermawannya juga masya Allah banget. Pak Bachtiar Rakhman, seorang Solo Riding yang sudah berkeliling ke berbagai negara dengan mengendarai motor. Beliau kemudian menuliskan pengalaman-pengalamannya dalam sebuah buku berjudul Musafir Biker. Bagus lho bukunya. Penasaran? Beli lah.. (wkwk) Aku baru baca setengah saja sudah geleng-geleng kepala. Inspiratif betul lah Pak Bachtiar ini. Apalagi untuk aku yang terkadang masih suka takut kalau naik motor. Hehe
 Ah, ada yang terlewat rupanya. Saat malam ahad, kami ada semacam pementasan kecil-kecilan. Meski hampir setiap kelompok penampilannya tidak jelas (haha) tapi kami senang. Karena justru ketidakjelasan itulah yang membuat kami tertawa. Ditambah kebaikan teman-teman heroboyo yang memberikan oleh-oleh khas Surabaya, yaitu Keripik Salijali. Penasaran keripik apa itu? Beli di Surabaya ya (wkwk). Yang jelas enak dan hmm bikin ketagihan. Lalu, akhir acara ditutup dengan mannequin challenge. Bisa dibayangkan kan mannequin challenge dengan orang sebanyak itu, pastilah pegal sekali. Aku berusaha menahan tawa saking capeknya. Untung aku tidak menyulitkan diri sendiri dengan berpose yang aneh-aneh.
Dari IYLF, aku banyak mendapat pelajaran. Salah satunya adalah semangat membangun desa. Seperti yang telah kita ketahui, sebetulnya potensi sumber daya alam di desa itu banyak sekali. Namun yang menjadi permasalahan sekarang adalah sedikit sekali orang-orang yang mau mengolah sumber daya alam tersebut. Anak mudanya pergi semua ke kota dan jarang yang mau pulang kembali ke desa. Apa iya kita akan terus menerus membangun kota? Nah, sebagai anak muda yang punya komitmen untuk berkontribusi besar bagi bangsa, yuk memulainya dari desa. Kalau kata mas Nur Aulia Agis, mari membangun Indonesia dari desa!
Mungkin sedikit saja ya, cerita soal IYLF. Karena sebetulnya aku sedang ada sedikit masalah ._. Jadi kurang fokus menulis. Semoga yang sedikit ini tetap bisa bermanfaat.


Comments

Popular posts from this blog

Catatan Rumah Kepemimpinan 15: Menjadi Pasangan Strategis, Kenapa Tidak?

Kenangan Ramadhan 1 : Tidak Jadi ke Solo, Ini Gantinya!

Kisah Inspiratif Spesial Ramadhan : Keajaiban Istighfar