Kisah Inspiratif 6 (Menjadi Pengamat)

02 Oktober 2015

Halo, bertemu lagi dengan kisah inspiratif :D

Duh ya Allah maaf ya teman-teman baru nulis kisah inspiratif lagi.. ada beberapa proyek yang harus dikerjakan nih, jadi baru sempat nulis kisah inspiratif lagi.. Maaf yah? :)

Oke, lanjut. Jadi cerita hari ini adalah.. ada dua bagian ato anggep aja dua poin penting deh.

Bagian yang pertama, tentang seorang manusia yang sangat baik dan mulia sekali hatinya. Sampai-sampai aku menyebutnya seperti malaikat kiriman Tuhan yang sengaja dihadirkan untuk menyadarkanku*Eaaaa. Apaan sih. Haha. Oke, aku tidak memang tahu detail bagaimana kisah kehidupannya. Yang pasti, aku tahu dia adalah seorang dari keluarga yang baik serta sopan tutur dan tata perilakunya.

Yang aku ambil pelajaran darinya adalah yang pertama, dia selalu berusaha untuk tidak menyakiti hati orang lain. Dia sangat takut sekali bila tutur atau tata perilakunya menyakiti orang lain. Luar biasa bukan? Sedangkan bisa kita lihat sekarang betapa banyak manusia yang bahkan tidak peduli terhadap perasaan orang lain dengan apa yang sudah diucapkan atau dilakukannya.

Kedua, aku kagum. Betapa dia bisa sangat tulus memberikan bantuan untuk orang lain, padahal apa yang menjadi tanggung jawabnya, sudah cukup berat. Bagaimana ia seperti mengorbankan kebahagiannya demi membahagiakan orang lain. Bagaimana ia bisa tersenyum  begitu  tulusnya ketika mendengar kebahagiaan orang lain. Dia membantu temannya yang berpartisipasi dalam lomba, meskipun saat itu dia merasa sangat lelah. Alhamdulillah, teman yang tadi dibantunya lolos!  Luar biasa kebahagian yang dia rasakan saat mampu memberikan manfaat bagi orang banyak.Tapi kalian tahu? Itu saja dia bicara dan mengaku padaku, bahwa ia merasa belum memeberikan manfaat bagi siapapun. Tidakkah ini menamparku?

Luar biasa kebaikan hati temanku yang satu ini. Aku betul-betul harus belajar banyak hal dari dia. Hei malaikat, jangan bosan bercerita dan berbagi pengalaman hidupmu denganku yaa :D*uhuk

Nah, lanjut ke bagian yang kedua. Ini soal, apa yang kuamati dan kupelajari selama memasuki masa sibuk sebagai mahasiswa, yakni manajemen waktu. Awal-awal jadi maba UGM, siapa sih yang ga bangga? Energi terisi penuh, bawaannya semangat dan pengen nyobain ini itu. Ya, maklum memang. Baru peralihan kan dari siswa jadi mahasiswa. Nah, tapi aku dapet banyak pelajaran nih di sini. Pelajaran yang lagi-lagi membuatku bergumam “Ooh..ini toh tujuan Allah nunda kuliahku setahun.” Apa emang?

Jadi, dari beberapa teman yang aku amati, dia kelelahan. Karena apa? Kalo dari sudut pandangku, ya itu tadi. Manajemen waktu. Manajemen waktu ga cuma berarti masalah ngatur waktu aja. Tapi juga menentukan pilihan dan membuat prioritas. Yang terlihat di kalangan banyak maba nih, mereka terlalu bersemangat jadi pengennya semua kegiatan diikutin. Mungkin beberapa orang bilang, bagus dong, pengalamannya banyak. Kan jadi tahu tentang banyak hal. Oke, silahkan. Tapi ijinkan aku berpendapat juga.

Sebetulnya, kita tidak dituntut menjadi orang yang tahu dalam banyak bidang. Kalau tidak hanya tahu tapi ahli, wah itu luar biasa. Hanya, tidak banyak memang orang seperti itu. Kita dituntut untuk bisa ahli terhadap satu hal. Mungkin beberapa dari kita berpendapat, pernah melihat orang yang tampaknya ahli di banyak bidang. Misal, dia pintar menulis, di sisi lain pintar juga bicara, di tempat lain pintar juga mengutak-atik angka. Wah, luar biasa bukan? Tapi bisa dipastikan, diantara sekian banyak hal yang ia kuasai tersebut ada satu saja hal yang paling ia kuasai. Lalu apa hubungannya dengan tadi?

Nah, Allah memberiku waktu setahun untuk menjadi seorang pengamat. Mengamati bagaimana sedikit banyak kegiatan mahasiswa. Belajar dari yang aku amati, di semester awal, bahkan beberapa bulan setelah kegiatan kuliah tersebut dimulai, beberapa mahasiswa mulai mengeluh kelelahan. Kegiatan begitu padat, baik di lingkup fakultas maupun universitas. Mereka mengeluh tidak bisa tidur, sering begadang, bahkan sering sakit atau rasanya badan terasa lelah sekali. Nah, dari sini aku mikir, ada apa sebenarnya? Kenapa sampai seperti itu? Termasuk dalam hal ini, perkara hafalan. Beberapa mengaku hafalan tidak bisa dipertahankan. Jangankan menambah atau muroja’ah, bisa tetap rutin baca qur’an saja sudah sangat syukur sekali. Wah, ada apa sebenarnya? Akhirnya dari situ aku belajar, kelak ketika aku jadi mahasiswa, aku harus bisa memanajemen waktu sedemikian rupa supaya segalanya tetap bisa berjalan dengan baik. Baik sekali ya, Allah menunda kuliahku setahun untuk menjadi seorang pengamat? :)

Akhirnya, setelah menapak kaki di bumi UGM, aku benar-benar melihatnya sendiri. Bagaimana fenomena yang tadinya hanya kuamati, kini berada di sekitarku. Alhamdulillah, sebelumnya aku sudah diijinkan Allah menjadi pengamat supaya aku bisa lebih baik dalam memanajemen waktu. Sejak awal, yang menjadi fokus tujuanku ada 3. Yakni kuliah, dunia kepenulisan, dan hafalan. Oh ya, sebetulnya pembahasan mengenai fokus tujuan juga penting lho. Tapi, suatu saat saja deh. Hehe.

Nah, kuliah, dunia kepenulisan, dan hafalan. Dari sini aku merencanakan, bagaimana caranya aku bisa menyeimbangkan 3 fokus tujuan tersebut. Kalau kuliah ya, jelas. Masuk kelas. Memperhatikan dosen, mengerjakan tugas, dan aktif. Dunia kepenulisan, nah ini. Sebenarnya luas sekali aku memaknainya. Pertama, UKM di bidang jurnalistik, tingkat universitas. Banyak sekali sebenarnya yang mewadahi kegiatan jurnalistik di UGM. Waktu itu aku pilih 2 UKM yang sama-sama bergerak di bidang ini. Anggep aja X sama Y. Udah daftar tuh. Tapi eh ga lama aku tau kalo yang X itu lebih berat bahasannya. Akhirnya aku fokus buat ikut yang Y aja. Dan alhamdulillahnya aku keterima :D trus yang kedua, proyek menulis. Aku udah nargetin nih buat nulis tiap hari. Nulis apapun itu. Mau cuma sekedar curhatan, puisi, ato artikel. Apapun deh. Ya, meski terkadang ga sempet juga kalo buntu ide, tapi Alhamdulillah sejauh ini berjalan lancar-meskipun kebanyakan curhatan :v wkwk. Trus yang ketiga, ngobrol sama banyak orang. Ini aku masukin ke dunia kepenulisan. Kok bisa? Oh jelas. Mengobrol dengan banyak orang-terutama orang-orang hebat, membuat kita jadi tahu sedikit banyak tentang dia. Kita jadi tahu sedikit banyak tentang kehidupan dan perjuangannya, yang mana berujung pada pengambilan hikmah dan pelajaran. Apalagi kan baru jadi maba nih. Temennya baru semua, wah semangat banget aku buat cerita dan nanya ini-itu. Dan ternyata, baaaaanyaaak banget pengalaman dan kisah hidup mereka yang memberiku pelajaran berharga. Trus yang keempat, banyak ikut forum diskusi. Apalagi kalo gratis. Hehe. Forum diskusi macemnya banyak, bisa kajian, seminar, workshop, dll. Trus hafalan. Naah ini diaa. Sejujurnya aku mengaku, mengalami penurunan juga untuk hal yang ini. Tapi, aku tetap berusaha bagaimana sebisa mungkin setidaknya hafalan yang sudah kupunya tidak hilang. Memang untuk menambah masih belum bisa, karena tidak ada tentor yang bisa untuk setoran juga. Tapi Alhamdulillah untuk muroja’ah, sejauh ini masih berjalan baik.

Nah, trus pesennya apa? Balik lagi ke yang tadi. Buat kalian yang berpendapat kalo ikut banyak hal itu bagus, silahkan. Aku ga ngelarang kok. Tapi kalo bisa sesuaikan dengan fokus tujuan kalian, dan tentunya, kemampuan fisik dan pikiran terhadap hal tersebut. Dan satu yang juga penting nih, jangan terpengaruh orang lain. Termasuk terpengaruh aku. Haha. Engga engga. Jadi misal nih, kalian ngiri gitu sama orang-orang yang sibuknya minta ampun. Berangkat sebelum subuh dan pulang diatas jam 10 malem. Kerjaannya kuliah, rapat, latihan ini itu. Kan kayaknya keren banget tuh. Tapi kalo fokus tujuan kalian ga ada hubungannya sama yang begituan ya jangan ikut. Misal kalian udah ada niat buat kuliah sambil ngajar. Ya kalo habis kuliah harus ngajar ya keluar kampus buat ngajar. Ato misal aku, udah narget hafalan tiap habis isya dan nulis tiap dini hari. Ya jam 5 sore, ato ga maksimal maghrib udah harus sampe asrama. Karena kalo ga gitu yang ada ntar aku kecapean dan akhirnya ga jadi hafalan dan malemnya ga bisa bangun buat nulis. Mungkin kalo diliat sekilas aku emang selo ato bisa dibilang longgar banget. Dibanding temen lain yang ikut ini-itu, latihan segala macem, aku bisa dibilang selo(santai) banget karena bisa pulang dari kampus jam 5 sore. Ya, karena emang yang jadi kesibukanku tidak seluruhnya dikerjakan di kampus. Aku banyak membaca, menulis, hafalan, mengerjakan proyek, dan menghasilkan karya. Jadi yang sebenarnya mau aku tekankan di sini, sibukkan dirimu dengan apa yang menjadi fokus tujuanmu. Jangan asal ikut-ikutan(Tidak berlaku bagi yang berpendapat kalo itu nambah pengalaman). Ya, segala sesuatu ada positif dan negatifnya juga kan? Terserah mau memilih yang mana. Kalau fokus, resikonya memang tidak tahu banyak hal, tapi cepat sampai. Kalau memilih ikut banyak hal, resikonya tidak segera sampai, tapi banyak pengalaman. Tinggal pilih saja. Segala sesuatunya itu kembali pada diri kita sendiri-sendiri. Kalo kata salah satu dosenku, segala hal yang diawali dengan kalimat menurut saya, itu tidak akan pernah disalahkan. Hehehe.. sesuaikan itu semua dengan diri kalian masing-masing yaaa :D

Oke, selesai. Hahaha. Penutupannya apaan nih? Ya, jadi, jangan sedih kalo dikasih kegagalan sama Allah. Kayak aku, dibalik ditundanya kuliahku satu tahun, ternyata aku diijinkan sama Allah untuk menjadi seorang pengamat. So, keep think positive, guys!

Terakhir, Salam #MudaMenginspirasi !



Comments

Popular posts from this blog

Catatan Rumah Kepemimpinan 15: Menjadi Pasangan Strategis, Kenapa Tidak?

Kenangan Ramadhan 1 : Tidak Jadi ke Solo, Ini Gantinya!

Kisah Inspiratif Spesial Ramadhan : Keajaiban Istighfar