Mungkin, Seperti Ini Rasanya Menemukan Jodoh

             Happy weekend, Pembaca! Kali ini aku akan berbagi sesuatu yang sangat sangat keren! Apa? Kalian yang mengikuti story IG dan WA-ku, pasti tau.
Yap, buku berjudul Adicerita Hamka: Visi Islam Sang Penulis Besar untuk Indonesia Modern karya James R. Rush. Awalnya aku galau, sebab saat itu aku ingin sekali membeli buku puisi. Akan tetapi, entah kenapa ketika melihat buku ini aku seketika goyah. Harganya agak mahal memang, membuatku berpikir berulang kali harus membelinya atau tidak.
Di akhir, setelah selesai membaca, aku sama sekali tidak menyesal sedikitpun―bahkan jika harganya lebih mahal dari yang aku beli saat itu. Oh ya, aku menghabiskan buku ini dalam waktu 5 hari. Meski isinya agak berat, tetapi Rush berhasil menulisnya dengan gaya bercerita yang sangat baik dan menarik. Penasaran? Berikut salah satu kutipannya.
Kepercayaan Hamka adalah bahwa Islam merupakan agama yang memerdekakan, dan impiannya adalah mengisi kehidupan Indonesia modern dan negara itu sendiri dengan kebijaksanaan dan kebenaran Islam.

Oke, sama seperti tulisanku sebelumnya soal film Searching, aku tidak akan membahas isinya, tetapi poin-poin penting yang kudapatkan dari buku ini. 

1.     Hamka merupakan sosok cendekiawan muslim sekaligus penulis besar, penyair, dan ulama.
Aku bergetar setiap kali membaca kisah hidup Hamka. Hal yang paling menarik bagiku adalah keputusannya di umur 16 tahun untuk merantau ke Jawa, lalu nekat pergi ke Mekah 3 tahun setelahnya, di umur 19 tahun. Hal ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran ayahnya―Haji rasul, saat Hamka berumur 16 tahun. Kata Haji Rasul, “Seumur Engkau, aku sudah di Mekah.” 

2.   Gagasan kuat Hamka adalah mengenai 2 hal, yakni kemerdekaan Indonesia dan kebangkitan kembali Islam. Kedua hal ini menjadi visi besarnya, yakni Islam untuk Indonesia.
Hal yang sangat keren pada poin ini adalah, Hamka mengandalkan iman dan akal―bukan salah satunya saja.

Menurut Hamka, kita harus mengerahkan iman dan akal kita untuk membuat kemajuan bagi bangsa dan negara dan meraih tempat terhormat di dunia sebagai muslim.
(via Rush, 2018: 20)

3.     Islam yang menjadi pedoman masyarakat, adalah Islam yang modern.
Hamka tidak setuju dengan taklid (penerimaan tanpa mempertanyakan), sebaliknya ia memandang bahwasannya sebagai muslim, kita mesti menggunakan akal dan membuka pintu ijtihad (bersungguh-sungguh mencurahkan pikiran dalam menyelesaikan persoalan agama) lebar-lebar.

Menurut Hamka, dengan itu (akal dan ijtihad), muslim Indonesia mampu memahami nilai sains dan industri dan produk lain pencerahan barat tanpa menerima sekulerisme dan pemisahan mutlak agama dan negara. Mereka bisa mengakui kejeniusan Karl Max serta gagasannya tanpa menerima komunisme yang mengajarkan perang antarkelas dan bahwa agama adalah ‘candu rakyat’
(via Rush, 2018: 120)

Menurut Hamka, dengan mengandalkan sumber asli Islam, yakni Quran, beserta hadits shahih dan penggunaan akal secara tertib, umat Islam Indonesia depat menciptkan masyarakat yang benar-benar modern dan Islami.
(via Rush, 2018: 121)

4.     Hamka dianggap sebagai sosok yang mampu menjadi jembatan yang menghubungkan semua golongan.
Pada waktu itu, MUI terbentuk dan Menteri Agama Mukti Ali membujuk Hamka untuk bisa menjadi ketua MUI. Di sinilah tampak bahwa Hamka menjadikan Islamnya sebagai Islam yang rahmatan lil’alamin. Islam yang membawa kedamaian bagi seluruh alam, semua umat.

Dia seorang muslim Muhammadiyah yang menjauhkan diri dari fanatisme dan, di antara tokoh-tokoh Muhammadiyah, hanya Hamka yang secara teratur diundang berbicara  di acara-acara Nahdlatul Ulama. Hasan Basri, yang kemudian menjadi wakil ketua MUI, menyebut Hamka sebagai satu-satunya pilihan yang bisa terpikirkan.
(Rush, 2018: 210)
Baiklah, cukup 4 poin utama. Selebihnya aku akan menuliskan beberapa hal yang membuat hatiku menangis ketika membaca buku ini.

a.      Hamka tidak mendukung poligami.
Diceritakan saat itu, Hamka diminta oleh ayahnya untuk menikah lagi, sebab ayahnya membutuhkan pengurus untuk membantu sekolah tablig di Padang Panjang. Akan tetapi, Hamka telah berkomitmen untuk hanya beristri satu.

Hamka mengingat air mata ibunya ketika dipanggil untuk disuruh menyetujui Haji Rasul menikah lagi.
(via Rush, 2018: 79)

Sebab aku adalah perempuan, kisah ini sungguh membuatku menangis haru.

b.     Hamka adalah pribadi hebat.
Ada suatu masa, Hamka difitnah melakukan plagiasi dan turut serta dalam pertemuan rahasia yang membahas rencana pembunuhan Presiden Sukarno. Tuduhan ini membuat Hamka harus ditahan selama 2 tahun lebih 4 bulan. Hebatnya, selama berada di penjara Hamka berhasil menafsirkan Alquran 30 juz.

Kata Hamka, “Rencana yang lahir daripada manusia lain dari rencana yang ghaib dari Allah. Allah rupanya menghendaki agar masa terpisah dari anak isteri dua tahun, dan terpisah dari masyarakat, dapat saya pergunakan menyelesaikan pekerjaan berat ini, menafsirkan Alquranul Karim.”
(via Rush, 2018: 187)

c.      Hamka adalah sosok berhati emas.
Di kemudian hari, kedua tuduhan itu tidak terbukti, dan Hamka dinyatakan tidak bersalah. Yang membuat saya menangis adalah, Hamka memaafkan semua pihak yang terlibat dalam penuduhannya tersebut.

Hamka memaafkan Pramoedya Ananta Toer dan orang-orang lain yang menyerangnya pada era Sukarno. Dan ketika Sukarno sendiri meninggal dalam status tahanan rumah pada Juni 1970, Hamka-lah yang menjadi imam shalat jenazah Sukarno. “Kita, katanya, adalah bangsa pemaaf. Benar bahwa saya sudah bertahun-tahun menderita karena korban Sukarno… Tapi kita mesti mengakui bahwa meski ada kesalahan besar membiarkan komunis, dia adalah orang besar.” Menggunakan bahasa revolusi, dia berkata, “Nasionalisme kita ini Bung Karno yang membangun.” “Dengan ikhlas saya berkata di dekat peti matinya, ‘Aku maafkan engaku, Saudaraku.’”
(via Rush, 2018: 194)

Entah berapa kali kuulangi membaca bagian ini, mataku terus saja berkaca-kaca. Aku tidak bisa menuliskan lebih banyak lagi. Kalian harus membaca buku ini sendiri. 

Bagi Hamka, hidup tidak boleh kepalang tanggung, hanya dalam ritme rutinitas tanpa makna dari waktu ke waktu. Manusia mesti berpikir tanpa henti, mencari sesuatu yang terbungkus dalam rahasia Allah yang terbentang di alam semesta ini. 
Terima kasih, Allah. Saya telah menemukan apa yang selama ini saya cari.


Comments

Popular posts from this blog

Catatan Rumah Kepemimpinan 15: Menjadi Pasangan Strategis, Kenapa Tidak?

Kenangan Ramadhan 1 : Tidak Jadi ke Solo, Ini Gantinya!

Kisah Inspiratif Spesial Ramadhan : Keajaiban Istighfar