Mission Impossible 5.5
Julia dan Ethan |
Selamat pagi, Pembaca! Selamat Weeekend :)
Aku bersyukur sekali di semester 7 ini aku bisa kembali
merasakan weekend-ku dengan duduk di
depan laptop, menulis, ditemani secangkir coklat dan kicau
burung-burung*apaansiros wkwk. Yah, pokoknya aku merasa senang sekali sebab aku
bisa melakukan apa yang menjadi kesukaanku.
Baiklah, pagi ini aku akan berbagi sedikit tentang film yang
barusan kutonton tadi malam―di laptop, Mission
Impossible. Ya, aku tau, mungkin kalian akan tertawa, mengetahui aku baru
menonton film itu, tapi, yah, untuk pecinta Mission
Impossible, aku yakin tidak akan bosan jika harus mengulangi film ini
berkali-kali.
Jujur, aku dibuat geleng-geleng kepala, kening
berkerut-kerut, tersenyum dan tertawa sendiri, menggigit jari―segala macam
ekspresi, saat menonton. Terdengar lebay mungkin, ya. Selain memang aku
ekspresif, tapi sungguh aku salut dengan film ini.
Tolong gantengnya dikondisikan wkwk |
Pertama, film ini bersih. Yah, seri yang pertama aku tonton adalah seri yang ke-5.
Benar-benar bersih. Tidak ada adegan yang perlu dikhawatirkan, membuatku santai
saja ketika menonton. Yah, walaupun memang di seri yang ke-2 dan 3 tidak
sebersih yang ke-5, tapi menurut penilaianku, itu cukup bersih.
Kedua, film ini punya
alur dan ending yang sebetulnya bisa ditebak tapi, konfliknya selalu seru dan
punya kebaharuan. Setelah aku pelajari,
sebetulnya alur ceritanya sama saja. Ada misi, awalnya terlihat mudah sekali
diselesaikan. Ternyata di tengah ada pengkhianat, kemudian segala sesuatunya
menjadi rumit. Endingnya pun selalu sama. Hunt berhasil menyelesaikan misi, dan
selamat. Perlu digarisbawahi, Hunt selalu menang. Seburuk apapun kondisinya,
Hunt selalu sehat, kembali seperti sebelum misi dimulai, bahkan tampak lebih
sehat dan tampan. Tapi, meski begitu, aku tetap saja tidak bosan. Meski aku
punya keyakinan bahwa Hunt pasti menang, itu tidak menyurutkanku untuk menonton
setiap detil filmnya sampai benar-benar selesai.
Lalu apa yang membuatnya menarik? Kebaharuan. Konflik yang
ditawarkan film ini seringkali membuatku pusing. Yah, sedikit banyak film ini
membutuhkan pemikiran dan analisis yang tajam. Beberapa kali aku tidak paham
mengapa begini, mengapa begitu, mengapa seperti itu saja dipersoalkan, hal yang
ternyata ketika dirunut ke belakang ternyata memang perlu untuk diselesaikan.
Selain kebaharuan, yang selalu membuat gemas dalam film ini
adalah pengkhianat. Yah, sama seperti di ulasan film Searching, orang yang paling bisa berkhianat adalah orang yang
justru paling dekat dengan kita. Sebab, dia tahu betul bagaimana kehidupan
kita, seluk beluk dan segala macam hal tentang diri kita. Tapi yang menyebalkan
adalah, seringkali pengkhianat dalam film ini adalah seorang yang sampai detik
terkahir masih turut membantu Hunt menyelesaikan misi. Ini sungguh membuatku
gemas. Apalagi kalau sudah melibatkan topeng wajah manusia, argh!
Ketiga, pesan dalam film
ini membuatku bedecak kagum. Melalui aksi dan sepak
terjang Hunt tentunya, yang tak lain adalah Tom Cruise. Awalnya penilaianku
hanya sampai pada kehebatan dia dalam berkelahi, melawan musuh, berkendara
dengan motor dan mobil dalam medan yang semengerikan apapun, mengendarai
helikopter, loncat dari gedung-gedung tinggi, dan berbagai aksi gila lainnya. Jelas aku tidak tahu bagaimana prosesnya,
tapi satu hal yang aku yakini, Tom Cruise, untuk bisa berperan seperti itu
jelas tidak mudah. Aku yakin dia membutuhkan latihan berkali-kali, dengan
tingkat kedisiplinan yang luar biasa, menjaga pola makan, pola hidup, pola
olahraga, dan seabrek hal lainnya yang aku yakin tidak mudah. Hal ini membuatku
berfikir, yah, segala macam profesi dibutuhkan kerja keras―termasuk artis
(aktor) sekalipun.
Pesan kedua, hati
yang baik dan pikiran yang cerdas. Hunt adalah pribadi yang punya prinsip,
tidak akan membunuh pihak yang tidak bersalah. Itulah alasan mengapa Hunt lebih
suka melakukan ide-ide gila seperti loncat dari gedung satu ke gedung lain, masuk
ke sebuah gedung dari atap―hal yang sebetulnya bisa ia lakukan lebih mudah dari
pintu utama, lalu menghabisi semua orang yang menghalangi jalannya. Tapi, Hunt
bukan orang seperti itu. Hunt tidak menggunakan pistol atau pisau ketika bisa
menghadapi musuhnya dengan tinju dan tendangan kakinya. Bahkan ada saat di mana
pasukan yang hendak menangkap Hunt menembaki semua orang yang ada di sekitanya,
Hunt yang mengetahui ada salah seorang ibu-ibu tertembak, meminta pada timnya
untuk menyelamatkan ibu tersebut. Mungkin dalam pikiran Hunt saat itu, tidak
ada orang yang tidak tahu apapun tentang ini, yang boleh tersakiti. Hunt juga jarang
menggunakan tindakan fisik, bila memang tidak perlu. Ia cerdas, menggunakan
akalnya untuk melakukan negosiasi. Tampaknya seperti menguntungkan pihak musuh,
tapi sebetulnya justru sebaliknya. Tidak
besar badannya saja, tapi juga besar hati dan akal.
Pesan ketiga, berjuang
dengan persiapan terbaik. Hunt tidak pernah menyelesaikan misi tanpa
persiapan terbaik. Segala sesuatunya telah direncanakan, disiapkan, dihitung,
difikirkan matang-matang apa kemungkinan terburuknya. Meski sekali lagi aku
tau, Hunt pasti berhasil, aku belajar bahwa
semua itu adalah hasil dari persiapan terbaiknya. Hal ini membuatku
berfikir, seringkali dalam hidup, kita lupa pada poin ini. Ya, kita berjuang.
Tapi kita lupa menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Kuliah, misalnya.
Kalau diibaratkan berjuang, mestinya sebelum kuliah segala perlengkapan kuliah
sudah disiapkan dengan baik. Sudah membaca, sudah mempelajari materi, sudah menyiapkan
pertanyaan, dan hal-hal lain. Hunt
mengajarkanku bahwa berjuang tidak hanya dengan fisik, tetapi juga akal dan
perencanaan yang matang.
Pesan keempat, kemampuan
mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Di film ini, seringkali terjadi
hal yang tidak terduga, dari apa yang sudah direncanakan Hunt. Lepas dari
perencanaan, Hunt mengajarkanku untuk bisa mengambil keputusan secara cepat dan
tepat ketika kondisi mendesak. Bagian ini yang biasanya membuatku tegang. Tapi
yah, begitulah hidup. Tidak semua yang kita rencanakan akan berhasil, bukan? Ada
saat di mana kita harus menghadapi secara nyata apa yang hadir di depan kita,
dan mengambil keputusannya saat itu juga. Sungguh, ini membuatku ingat kejadian
satu tahun yang lalu, di Kota Tua.
Pesan terakhir, cinta
adalah perjuangan dan kepercayaan. Hunt hanya berpesan pada Julia
(istrinya) untuk percaya padanya apapun yan terjadi. Apapun. Dan Julia percaya
pada Hunt, hingga detik kematian Hunt sekalipun. Julia percaya pada Hunt, ia melakukan
hal yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan dalam hidup (menggunakan pistol),
sebab Hunt memintanya percaya bisa melakukan itu. Hunt memperjuangkan Julia, Julia memperjuangkan Hunt. Mereka berdua
saling percaya untuk saling memperjuangkan. Yah, meski tidak sehebat kisah
Hunt dan Julia di China, aku tahu betul bagaimana rasanya saling
memperjuangkan. Terima kasih ya, Kota Tua.
Comments
Post a Comment