Ustad Yusuf Mansyur : Saya Berbeda, karena Sumbernya Al-Qur'an



captured by : Iqbal Habibi

Selamat siang, Pembaca :D Saatnya kembali menulis :)
Sabtu yang lalu, aku mengikuti seminar Pemikiran dan Peradaban Islam. Pembicaranya adalah mahasiswa dari Universitas Darussalaam Gontor. Luar biasa sekali materinya. Salah satu yang paling menarik adalah Ustad Yongki (aku juga tidak tahu kenapa dipanggil ustad), yang menyampaikan materi tentang “Integrasi Ilmu : Konsep dan Metode (Sebuah Kajian Strategis)”. Tapi aku tidak akan menyampaikan materinya di sini ya. Karena aku belum cukup pandai menyampaikan materi yang berat seperti itu hehehe.
Setelah seminar, aku memutuskan untuk pergi mencari sesuatu, sembari jalan-jalan sejenak. Setelah itu, aku pulang ke asrama. Kurebahkan badan di kasur dan kucek smartphoneku. Lantas aku terbelalak. Ada kajian Ustad Yusuf Mansyur di Masjid Nurul Ashri sore ini, Masya Allah! Awalnya aku ragu, karena sebetulnya aku lelah dan ingin istirahat. Tapi, jarang-jarang ada kesempatan seperti ini. Tempatnya juga tidak jauh, hanya di Masjid Nurul Ashri. Akhirnya, aku bertanya pada salah satu temanku—Muthia apakah dia akan ikut, dan ia menjawab iya. Alhamdulillah, kalau niat naik in sya Allah jalannya mudah kan. Jadilah aku berangkat dengan Muthia menuju Masjid Nurul Ashri.
Sesampainya di sana, ternyata sudah ramai sekali. Jadilah aku duduk di belakang.
Tema kajian kali ini adalah tadabbur Al-Qur’an. “Tadabbur itu tidak mesti spaneng baca terjemahan gitu. Sini sekarang saya ajarin.” kata Ustad Yusuf. Kemudian, kami diminta untuk membuka Al-Qur’an. Awalnya kami ditanya, ada berapa jumlah ayat dalam Surah An-Naba. Lantas ada yang menjawab 40 ayat. Namun, yang menjawab tersebut tidak mencari dari awal ayat, melainkan langsung membuka halaman bagian ayat terakhir. Lantas kata Ustad Yusuf, “Nah, yang kayak ente ini ga tadabbur namanya. Cepet emang jawabnya. Tapi ga tadabbur. Tadabbur itu ente liat dari awal ayat, trus turun, trus balik, sampai di ayat terakhir trus ente baru bilang ada 40 ayat. Bukan langung liat ayat terakhirnya.” Kami pun mengangguk-angguk.
Setelah itu, Ustad Yusuf meminta kami untuk menuliskan semua nama surah yang ada dalam Juz 30 beserta jumlah ayatnya. Kami pun sibuk mengerjakan permintaan beliau. Hingga tiba-tiba ada yang melapor bahwa ia telah selesai. “Cepet banget ente. Yah, gimana ga cepet, enta liatnya dari daftar isi. Ga tadabbur itu namanya. Ulang! Ane gamau kayak gitu. Tadabbur itu ente buka satu-satu, perhatiin suratnya apa, ayatnya ada berapa, gitu.” komentar Ustad Yusuf.
Setelah agak lama, semuanya selesai. Tak cukup sampai di situ, Ustad Yusuf meminta kami untuk menghitung berapa jumlah ayat yang ada dalam Juz 30. Rupanya ada 564 ayat. Kemudian beliau bertanya, “Gimana? Ada yang beda ga? Yang tadinya gatau jadi tau ga? Itu yang namanya tadabbur.” Kami pun mengangguk paham. Lantas, beliau menasehatkan,
Jadikan Al-Qur’an sebagai penyambung hidup ente. Semakin banyak nyambung sama Al-Qur’an, semakin keren hidup ente. Al-Qur’an itu kalo ente kasih perhatian, ya akan kasih perhatian juga ke ente. Kalo ente cuekin ya akan cuek juga sama ente. Makin banyak sambungan ente sama Al-Qur’an, makin deket hubungan ente sama Allah. Jadi, tadabbur itu ga mesti ngutek-utek isinya. Ente penasaran trus merhatiin huruf-hurufnya, merhatiin kata-katanya, berapa ayatnya, itu juga tadabbur. Semua itu awalnya rasa penasaran. Jadi punya rasa penasaran sama Al-Qur’an itu penting.
Banyak ni kan ya ente kalo ngaji ngantuk. Baru bismillah aja ente udah nguap-nguap. Kira-kira kenapa tuh kok begitu? Karna ente ga tertarik! Ente ga penasaran sama Al-Qur’an. Coba kalo ente penasaran. Ente perhatiin kenapa kata-katanya kayak gitu, kenapa ayatnya segitu, ente ga akan ngantuk.
Jujur, aku senang dengan cara Ustad Yusuf menyampaikan sesuatu. Beliau menggunakan kata-kata dan penjelasan yang mudah dipahami serta menarik. Jadi kami antusias mendengarkan kajiannya sampai akhir. Nah, ini bagian yang membuatku merinding.
Ustad Yusuf meminta kami untuk membuka surah Al-Baqarah. Lantas beliau bertanya ada berapa ayat. Rupanya ada 286 ayat. Lantas kami diminta untuk membagi dua angka tersebut, sehingga didapatkanlah angka pertengahannya yaitu 143. Lantas kami diminta untuk membuka surah Al-Baqarah ayat 143. Kalian tahu apa bunyinya?
“Dan demikianlah pula Kami telah menjadikan kamu (umat islam) “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar kami mengetahui siapa yang mengikuti rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.”
Seketika aku merinding. Masya Allah… Kalau surah Al-Baqarah dibagi dua, ditemukan angka pertengahan yakni ayat 143 yang ternyata bunyinya adalah tentang umat pertengahan!
Kemudian, beliau meminta kami lagi untuk membuka surah Al-Hijr ayat 51. Bunyinya, “Dan kabarkanlah (Muhammad) kepada mereka tentang tamu Ibrahim (malaikat)” Lantas beliau meminta kami untuk membuka surah ke-51, ayat 24. Bunyinya, “Sudahkan sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan?”
Masya Allah… Surah Al-Hijr ayat 51 ada hubungannya dengan surah ke-51, yakni surah Adz-Dzaariyaat ayat 24. Angka-angka dalam Al-Qur’an sungguh penuh keajaiban.
“Ustad kok bisa tau? Ya itu tadi. Penasaran. Nanya. Nanya sama Al-Qur’an. Tadabbur.” Lanjut Ustad Yusuf. Aku benar-benar terkesima, betapa sering selama ini kita asik membaca buku-buku best seller, tapi lupa membaca Al-Qur’an. Astaghfirullah.. Harapanku, semoga aku dan semua yang membaca tulisan ini nantinya akan menjadi lebih cinta dan dekat dengan Al Qur’an.
Terakhir, Ustad Yusuf menyampaikan, “Saya sering mengisi dimana-mana, tapi in sya Allah yang saya sampaikan selalu berbeda. Karena apa? Karena sumbernya Al-Qur’an. Saya beda, karena saya sumbernya Al-Qur’an.” Allahu Akbar..
Lantas, masih ragukah kita untuk bisa lebih banyak berinteraksi dengan Al-Qur’an?
Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa..  (Al Baqarah : 2)
Wallahu a’lam bis showab.
Oh iya, nama temanku ini Muthia Arrusyda lho. Masya Allah kan? Aku Rosyda Amalia, dia Muthia Arrusyda. Semoga kita termasuk ahlul qur'an ya, Muth :)

Comments

Popular posts from this blog

Ketika Allah Memberi Jawaban

Ketika Teknik dan Sastra Bersatu