Kenangan Ramadhan 4 : Cabut Saja Tuhan, Kalau Kesuksesan Ini Membuat Kami Lupa
Dari kiri : Ridha-Huda-Mas Fery-Rosyda |
Selamat
malam, Pembaca. Meski besok harus bangun jam 1 untuk SOTR, kusempatkan untuk
menulis ilmu menarik yang kudapatkan hari ini. penasaran? Yuk simak :)
Fery Atmaja.
Seorang moslem entrepreneur muda dengan wajah mirip seorang pemain film Thailand,
kisah pebisnis sukses juga. Ada yang tahu? Ya, pemain film the Billionaire, Pachara
Chirathivat. Alhamdulillah, aku dan teman-teman
RK dan teman-teman peserta RK Academy
diberi kesempatan oleh Allah untuk bertemu dengan beliau.
Pada awal
pembicaraan, Mas Fery memberikan sebuah nasihat yang mirip dengan apa yang
selama ini menjadi pedomanku, “Setiap
musibah, pasti ada hikmahnya. Jadi, disyukuri saja.” Bedanya dengan pedomanku,
aku menanamkan pada diriku bahwa setiap kejadian, apapun itu—tidak hanya musibah, pastilah mengandung hikmah dan
pelajaran kehidupan. Lantas beliau mulai bercerita.
Rupanya,
beliau sudah memulai bisnis sejak duduk di bangku kuliah semester 2. Padahal
sebelum kuliah, beliau anak yang manja, apa-apa minta orang tua. Sampai pada
suatu saat, yakni saat beliau kelas 2 SMA, ayah beliau meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.. Sejak
saat itulah kemudian beliau berpikir bahwa mau tidak mau ia harus bisa
membiayai hidupnya sendiri. Akhirnya, dengan tekad yang kuat, ketika duduk di
bangku kuliah semeseter 2, beliau memulai untuk berbisnis. Bisnis pertama
beliau adalah berjualan baju. Beliau membeli baju dari kakak beliau, kemudian
menjualnya kembali kepada teman-teman beliau. “Saya selalu berangkat lebih pagi
saat mau ke kampus. Saya mampir dulu kos temen-temen saya, saya gedorin
pintunya satu-satu, beli..! beli..!” cerita Mas Fery.
Alhamdulillah,
selain berjualan baju, Mas Fery juga mendapatkan beasiswa sehingga bisa terus
kuliah dan akhirnya lulus. Setelah lulus, Mas Fery berniat untuk membuka usaha.
Namun ketika meminta izin kepada ibunya, tidak diperbolehkan. “Sekolah tinggi
kok hanya untuk jadi pedagang.” Begitu kata ibunya saat itu. Mas Fery diminta
untuk bekerja. Sebab ridha orang tua adalah ridha Allah, Mas Fery pun menuruti
permintaan ibunya tersebut. Mas Fery berkali-kali melamar pekerjaan, tidak ada
satu pun yang diterima. Akhirnya ibu Mas Fery pun pasrah, lantas membolehkan
beliau untuk membuka usaha. Lantas Mas Fery berkata, “Saya ini mau jadi entrepreneur, bukan pedagang. Sebab, pedagang
dan entrepreneur itu beda. Kalau pedagang,
dapat segitu ya Alhamdulillah.
Sebatas itu saja. Tapi kalau entrepreneur, mengonsep usahanya
sedemikian rupa supaya bisa terus berkembang dan memberikan banyak manfaat
untuk umat.”
Lalu,
mulailah Mas Fery membuka usaha pertamanya, yakni kedai jus. Singkat cerita,
beliau bangkrut selama 1,5 tahun dan akhirnya kedai jus tersebut mati. Lantas
apakah beliau menyerah? Tentu tidak. “Belajar
bisnis itu intinya action. Kita akan
berkembang dan menjadi kreatif sepanjang proses di dalam aksi tersebut. Sebab
kreativitas itu tumbuh bersama proses. Belum tentu sekian banyak materi dan
cara bisnis yang saya sampaikan nanti, jika diterapkan persis ke bisnis kalian
bisa sukses juga.”
Selanjutnya,
beliau mulai menyampaikan beberapa hal yang mesti dilakukan sebelum memulai
bisnis. Pertama, memperbaiki hubungan. Memperbaiki hubungan dengan siapa? Dengan
Allah, dengan keluarga, juga dengan sahabat dan teman-teman. Memperbaiki
hubungan dengan Allah itu sangat penting. Sebab ketika bangkrut itu, Mas Fery
merasa ada yang salah. Beliau akhirnya menemukan bahwa kesalahan beliau
terletak pada niatnya. Awalnya beliau meniatkan ibadah sebagai usaha, bukan
usaha sebagai ibadah. “Ibaratnya seperti ‘Aku mau tahajjud ah, biar warungku
ramai, dll.’ Padahal mestinya tidak begitu. Mestinya adalah menjadikan usaha sebagai ibadah, bukan ibadah sebagai
usaha. Ingat ya temen-temen, kalau kita mintanya dunia, belum tentu dunianya
aja dapet. Tapi kalo kita mintanya akhirat, in
sya Allah dunianya dapet, akhiratnya pun dapet.” Terang Mas Fery
panjang lebar. Lalu beliau bercerita, saat
bangkrut dan akhirnya menutup kedai jusnya tersebut, beliau memutuskan untuk bersilaturrahmi.
Beliau mendatangi teman-teman beliau dan saling bertukar nasihat serta informasi.
Kemudian, menyampaikan
beberapa hal yang dapat mempercepat rezeki, yakni bertakwa, bersilaturrahmi,
dan bersedekah. Nah, ada hal yang sanagt bagus di sini pembaca. “Balasan Allah atas sedekah kita itu, bukan
hanya uang aja. Bukan hanya materi. Kesehatan, umur panjang, itu adalah balasan
yang tidak mungkin kita dapatkan dari siapapun kecuali Allah.” Seketika tubuhku
merinding. Betapa selama ini kita sering lupa. Ketika sudah sedekah, inginnya
di balas harta yang banyak, begitu terus. Padahal benar, panjang umur dalam
kebaikan dan takwa adalah nikmat yang tiada bandingnya.
Kalau boleh
sedikit share, keluargaku bisa
dibilang cukup. Tidak kaya sekali, tapi juga Alhamdulillah tidak pernah kurang. Mungkin tidak glamour dan sering pergi keluar negri,
tapi Alhamdulillah keberkahan atas sedekah
dan zakat yang tidak pernah lupa dibayarkan itu selalu ada. Ayahku selalu
berkata, “Bersyukur, Nak. Banyak
orang di luar sana yang kelihatannya sangat kaya tapi tidak bahagia. Bapak sehat,
ibu sehat, anak-anak sehat dan berbakti serta rajin belajar adalah anugerah
yang luar biasa dari Allah. Alhamdulillah
kalau butuh apapun uang juga selalu ada, tidak perlu hutang sana-sini. Balasan Allah
itu ga selalu harta yang banyak, Nak. Bersyukur.”
Kemudian Mas
Fery melanjutkan, “Allah itu maha tahu kondisi kita. Bisa jadi nih, kalo kita
dikasih rezeki lebih sedikit aja, dari apa yang harusnya kita dapet, kita jadi
sombong dan jauh dari Allah. Pun saya, saya selalu berdoa, ‘Ya Allah, kalau apa
yang ada pada diriku sekarang ini membuatku lupa dan jauh dari-Mu, maka ambil
ya Allah. Ambil semuanya sekarang juga, jangan ditunda-tunda.’ Karena apa? Karena sebenarnya ujian terberat itu bukan
saat kita jatuh, tetapi justru saat kita sukses.”
Singkat cerita,
setelah bersilaturrahmi dan bertanya serta berusaha menyusun proposal bisnis
untuk diajukan kepada investor guna mendapatkan modal, mulailah Mas Fery membuka
warung makan Preksu (Geprek dan Susu). Sebetulnya ada beberapa cerita yang
cukup menarik, Pembaca. Tapi kalau di tulis di sini akan panjang sekali. Hehe. Begitu
pula dengan cara-cara bisnis yang beliau terapkan pada warung beliau ini,
sebetulnya ada juga. Tapi berhubung tulisan ini kutekankan pada faktor
eksternalnya, jadi perihal perbisnisan tidak akan kutulis di sini. Kalau penasaran,
lihat catatanku saja ya. Wkwk.
Semoga kesuksesan
tidak membuat kita lupa pada Allah ya, Pembaca :)
Comments
Post a Comment