Catatan Rumah Kepemimpinan 3 : Setiap Detiknya adalah Nasehat
23 Juli 2016
Selamat malam, Pembaca :D
Sebetulnya, aku lelah sekali malam ini. Rasanya langsung
ingin istirahat dan tidur saja. Tapi aku teringat salah satu kalimat penutup
yang diucapkan oleh salah seorang alumni Rumah Kepemimpinan angkatan 5, yakni
mas Ridwan Wicaksono. Beliau berkata, “Ada sebuah nasehat yang terus menerus saya ingat. Kita adalah keturunan
pejuang. Pejuang tidak kenal lelah dan menyerah.” Sehingga, aku memutuskan
untuk langsung menuliskan kegiatan hari ini, malam ini juga.
Tepat pukul 13.00 WIB, kami—peserta Rumah Kepemimpinan
Angkatan 8 beserta pengurus melakukan apel perdana. Diawali dengan latihan
singkat satu kali, kemudian langsung apel yang sesungguhnya. Di saat apel
inilah penyakitku, sembuh.
Penyakit? Ya. Beberapa hari yang lalu entah mengapa aku
merasa sangat tidak bersemangat. Tidak nafsu makan, inginnya hanya tidur saja. Bahkan
sampai tadi sebelum apel, aku masih sedikit aras-arasen.
Hingga pada akhirnya apel berlangsung dan pembina apel kami—Bapak Chandra
Nur Triwiyanto, memberikan nasehat yang begitu luar biasanya menggetarkan hati. Tidak semuanya akan kutulis, hanya beberapa saja.
Pertama, beliau membahas mengenai keberadaan kami di barisan
apel perdana siang itu. Kata beliau, Apakah keberadaan kalian di sini adalah
sebuah kebetulan? Tentu tidak. Kemudian beliau bertanya siapa diantara kami
yang seharusnya baru kuliah tahun depan atau dalam artian akselerasi. Kemudian salah
satu dari kami mengangkat tangan. Lalu beliau bertanya lagi, kalau kamu baru
kuliah tahun depan, mungkin tidak sekarang ada di sini? mungkin tidak bisa bergabung
dengan RK angkatan 8?” “Semua itu sudah kehendak, Allah rekan-rekan. Allah
telah menghendaki kalian sebagai manusia yang dipilih untuk bisa berada di
sini.” Tambah beliau.
Kedua, beliau membahas mengenai amanah kami di RK. Mengingatkan
kami betapa sudah begitu sulit dan panjangnya tahapan hingga kami bisa berada
di dalam barisan apel perdana kali ini. Mengingatkan kami bahwa kami tidak
hanya mewakili diri sendiri, tetapi mewakili puluhan ribu mahasiswa UGM
lainnya. Mengingatkan kami bahwa pertanggung jawaban atas amanah ini begitu
besar. Mengingatkan dan menegaskan kami bahwa semua ini tidak main-main. Satu kalimat
beliau yang terus terngiang, “Jika kalian menyia-nyiakan keberadaan kalian di
RK, maka kalian telah dzolim. Dzolim.” Dan sekujur tubuhku merinding.
Allah, lalu bagaimana bisa kami terhindar
dari mendzolimi puluhan ribu mahasiswa Gadjah Mada lainnya selain karena
kekuatan dari-Mu? Berilah kami kekuatan untuk mengemban amanah besar ini, ya
Allah.
Ketiga, beliau membahas mengenai tujuan kami di RK. Beliau menekankan
sekali bahwa kami ini adalah keluarga. Satu bahagia, semua bahagia. Pun ketika
satu sakit dan sedih, semua turut merasakan sakit dan sedih tersebut. “RK bukan
tempat untuk menonjol-nonjolkan diri. Satu menonjol, semuanya menonjol. Satu menonjol
sekali sedang yang satu masih sangat tertatih-tatih, buat apa? Yang satu sudah
melanglang buana ke luar negri sedangkan ada yang bahasa Inggrisnya saja masih belum baik, bagaimana? Ya ajarin! Kita
semua ini saudara, rekan-rekan. Kita bahkan tidak hanya saudara di dunia. Kita juga
senantiasa berdoa agar bisa dijadikan saudara sampai surga. Jannatul Firdaus, khoolidiina fiiha, abada..
Dan kalian harus tahu. Hujan turun mengguyur kami. Meski tidak
deras, tapi itu cukupmembuat suasana apel menjadi semakin syahdu. Seakan alam
ikut merasakan hikmatnya nasehat yang luar bisa dari pembina apel kami. Semoga hujan tadi pertanda keberkahan bagi
kami, ya Allah. Aamiin..
Setelah apel, kami melanjutkan kegiatan, yakni latihan baris
berbaris. Setelah itu kami istirahat untuk sholat ashar. Alhamdulillah, moodku sudah bagus sekali sore itu. Seperti
handphone, baterai energi jiwa dan
ragaku sudah penuh kembali. Aku banyak bercengkrama dan bercerita dengan
teman-temanku, mengingat betul bahwa ke depan mereka akan menjadi keluarga
perjuanganku.
Sekitar pukul 15.30, acara dilanjutkan kembali, yakni bertemu
dan berkenalan lebih dekat dengan alumni. Ada beberapa alumni RK yang hadir. Tapi
yang akan kubahas di sini hanya dua.
Pertama. Mas Aditya Ariandi. Pertama kali datang, aku
langsung memasang muka heran. Sepertinya aku pernah bertemu dengan orang ini sebelumnya.
Aku mencoba mengingat-ingat pernah bertemu dengan mas ini dimana. Adit, Adit,
Adit, dimana ya aku pernah kenal dengan nama itu? Ah, akhirnya aku ingat. Aku pernah
mewawancarai mas Adit dalam acara marine
local product. Luar biasa ya? Sungguh begitu banyak kejadian yang tak terduga di dunia ini. Aku jadi ingat
bagaimana dulu ketika akan meliput acara marine local product tersebut. Sempat takut
dan minder karena pembicaranya adalah profesor dari luar negri. Bayangkan kalau
pada akhirnya aku tidak jadi meliput acara tersebut? Tentu aku tidak akan
bertemu dan mewawancarai mas Adit yang pada saat itu berperan sebagai ketua
panitia acara. Skenario Allah indah sekali ya? Oh ya, kalau mas Wicak punya nasehat
penutup yang indah, mas Adit punya nasehat penutup yang simple dan sangat
bermakna. Ada 4 kata, yakni objektif, moderat, open mind, dan rendah hati. “Gausah
pake-pake identitas jaket RK kalo cuma buat gaya, buat keren-kerenan. Biar
dibilang wiii anak RK anak RK. Kayak gitu
tu ga ada gunanya.”
Kedua. Mas Ridwan Wicaksono. Aku juga sudah bertemu dengan
beliau sebelumnya. Ya, beliau adalah salah satu pengujiku saat tes RK tahap 3. Sejak
tes tahap3 itu saja, aku sudah kagum sekali dengan beliau. Bagaimana tidak? Desktop
laptopnya penuh dengan sticky notes.
Berbagai macam agenda dan kegiatan ada di sana. Meskipun tidak terlalu
kelihatan, tapi aku yakin semua sticky notes itu berisi agenda dan proyek-proyek besar. Dalam sesi pertemuan alumni
ini beliau berpesan, semua kembali pada pribadi kita sendiri-sendiri. “Kelak nanti
kalian akan belajar bagaimana menentukan prioritas. Mengorbankan sesuatu yang
penting untuk sesuatu yang jauh lebih penting. Dan, itu memang sulit sekali.”
Hmmm. Sebetulnya setiap detik adalah nasehat, Pembaca. Dari awal
hingga akhir kegiatan hari ini, ada begitu baaaanyak nasehat yang disampaikan baik
dari pengurus maupun alumni. Semua nasehatnya menggetarkan jiwa, membakar
semangat perjuangan, dan mengobati hati-hati kami yang lelah. Kalau boleh
bilang, hari ini melelahkan. Tapi sungguh semua ini belum ada apa-apanya. Kelak
dikemudian hari, akan ada lebih banyak hal yang menyakitkan namun membawa
kepada kebijaksanaan dan kekuatan hati.
Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini
Selain rasa cinta yang telah mengharu-biru hati kami
Menguasai perasaan kami
Memeras habis air mata kami
Dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami
Itu merupakan penggalan idealisme kami dalam Rumah
Kepemimpinan. Doakan aku semoga senantiasa diberi kekuatan oleh Allah selama
mengemban amanah ini ya, Pembaca. Pun begitu juga untuk semua teman-temen
seperjuanganku.
“Yang tidak akan kalian temukan di RK adalah istirahat.”
Halo Rosyda, salam kenal :) Selamat menikmati hari-hari di RK :)
ReplyDeleteselamat menjalin keluarga sampai surga :") semoga Allah terus menjaga persaudaraan ini kekal hingga jannahNya aamiin :)
Hai Fitri, salam kenal juga :D
DeleteKamu dari tiara kah?
aamiin aamiin ya Rabb..
Bukaan aku srikandi7 hehehe :)
DeleteNanti insya Allah kita ketemu yaa :))
Oh ya Allah. Maaf maaf mbaaa. Saya gatau :''
DeleteMaaf ya mbaa 🙏
Iyaaa gapapa kok rosydaa :))
Delete