Rosyda Amalia : Penulis Buku dan Pakar Pengembangan Diri Berbasis Studi Al Qur’an
When you know Rosyda Amalia, you know her as a book author and the expert of self-improvement based on Al Qur’an studies |
Selamat malam, Pembaca. Ada yang tahu
sudah berapa lama aku tidak menulis? Satu tahun? Ah, memalukan sekali. Tidak
bisa ku pungkiri, Pembaca. Kegiatan kampus menggila. Dan aku adalah pribadi
yang bisa dikatakan belum cukup istiqomah menulis di tengah kegiatan yang super
padat. Baiklah, itu menjadi pelajaran besar bagiku. Semoga ke depan yang
seperti ini tidak lagi terulang.
Pembaca, aku punya misi mulia menulis
tulisan ini. Tulisan pertama di blog, di tahun 2018. Harapanku, pembaca bisa
mendukung dan membantuku mewujudkan misi mulia ini, seminimal-minimalnya, dengan
doa.
Evaluasi semester 3 di asrama,
membuatku semakin bersemangat untuk segera keluar dari rumah ini. Bukan, bukan
karena aku tidak betah, tetapi karena aku tahu, orang-orang yang senasib dan
sepenanggungan denganku tidak berada di rumah ini. Aku harus menjelajah, pergi
ke banyak tempat untuk menemukan orang-orang yang kata Bang Robi, unik―itulah
sebabnya aku mesti sering ke luar rumah.
Diawali dengan kegelisahan mahasiswa
sastra ketika ditanya soal pekerjaan. Aku ingat betul saat PPSMB, aku diberi
stiker dengan tulisan, “Mau jadi apa?”―pertanyaan yang tampaknya jauh lebih
menakutkan ketimbang “Apa kabar skripsi?”
Kegelisahan ini kemudian semakin
menjadi-jadi ketika aku dihadapkan dengan teman-teman yang asik sekali bicara
soal kerja di pemerintahan, di kantor, di perusahaan ternama, dan lain-lain.
Keren sekali, bukan? Membuatku amnesia tentang dua buku yang sudah berhasil
kuterbitkan―hal yang tidak ku sadari bahwa itu sebetulnya adalah sebuah peluang
besar―karena asik melihat pencapaian orang lain. Lalu Bang Robi hadir,
memberikan banyak sekali masukan sekaligus dukungan.
Pertama, Bang Robi memintaku bertanya
pada diri sendiri, “Kamu ingin orang-orang mengingat apa ketika disebut nama
Rosyda Amalia?” Lalu aku bicara pada diriku sendiri. Akan berbeda bukan, ingatan orang-orang antara Sapardi dengan Joko
Pinurbo meskipun mereka sama-sama menulis puisi? Akan berbeda bukan, ingatan
orang-orang ketika disebut nama Asma Nadia dan Habiburrahman El Shirazy
meskipun mereka sama-sama menulis novel populer? Nah, bagaimana dengan aku?
Kedua, Bang Robi memintaku bertanya
pada diri sendiri, “Dengan cara apa, atau bagaimana kamu bisa mendapatkan
penghasilan 10 juta perbulan dengan jalan menulis?” Lalu aku bicara pada diriku sendiri. Kalau si A dengan pekerjaan B bisa
mendapatkan penghasilan 10 juta per bulan dengan melakukan x, y, z, bagaimana
dengan aku?
Ketiga, Bang Robi memintaku untuk
mencari orang-orang yang bisa mendukung dan membantu mewujudkan mimpi dan
cita-citaku. Mencari orang yang senasib sepenanggungan, yang paham betul
bagaimana jatuh bangun dan asam garam kehidupan menjadi seorang penulis.
Dan inilah ketiga jawabanku.
Pertama, personal branding. Aku sadar sebetulnya jika sejak kecil jiwaku
dekat dengan Al-Qur’an. Aku tidak habis pikir bagaimana dulu saat SD aku bisa
semangat sekali menghafal Al Qur’an padahal guru tahfidzku bisa dibilang
menyeramkan. Belum lagi ujian kenaikan surat, jangan ditanya bagaimana
sulitnya. SMP dan SMA pun begitu. Tasmi’ 5 juz tanpa henti yang biasanya
menghabiskan waktu semenjak usai sholat subuh hingga menjelang dhuhur,
seringkali membuat suaraku berubah menjadi seperti kodok―suatu hal yang sulit
sekali kulakukan sekarang.
Lalu, apa hubungannya dengan personal branding?
Ya, kegelisahanku adalah tentang
memahami Al Qur’an. Banyak orang yang berinteraksi dengan Al Qur’an berhenti
hanya sampai pada membaca ayatnya saja―kadang aku pun begitu. Tidak membaca
artinya, apalagi paham, bahkan mengamalkan. Padahal sebagai umat muslim kita tahu,
Al Qur’an adalah pedoman hidup. Al Qur’an mengatur segala macam aspek kehidupan,
mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Lantas, apa yang mencegah kita dari
mengembalikan segala solusi permasalahan kepada Al Qur’an?
Dari kegelisahan inilah kemudian aku
akan membuat personal branding. Aku
akan menulis buku-buku self improvement
berbasis Al Qur’an. Aku akan fokus di situ. Orang-orang yang gelisah, tak punya
semangat, tak percaya diri, ingin mendapatkan kekayaan hati, ingin bahagia,
boleh membaca buku-buku motivasi dan pengembangan diri berbasis psikologi,
tetapi aku menawarkan Al Qur’an dan pemahamannya yang detail sebagai solusi.
Buku Belajar Keagungan Tuhan dari Alam yang ku tulis, lahir dari
kegelisahan soal ketidakpekaan orang-orang terhadap tanda-tanda dan peringatan
Tuhan yang Ia sampaikan lewat hal-hal kecil dan sederhana di sekitar kita. Dan
kegelisahan ini didukung oleh banyaknya firman Allah di dalam Al-Qur’an,
seperti,
(1) 80.
Dan (ada lagi) manfaat-manfaat yang lain pada binatang ternak itu untuk kamu
dan supaya kamu mencapai suatu keperluan yang tersimpan dalam hati dengan
mengendarainya. Dan kamu dapat diangkut dengan mengendarai binatang-binatang
itu dan dengan mengendarai bahtera. 81. Dan Dia memperlihatkan kepada kamu
tanda-tanda (kekuasaan-Nya); maka tanda-tanda (kekuasaan) Allah yang manakah
yang kamu ingkari? (QS. Gafir :
80-81)
(2) Apakah
kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit,
maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya
dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering
lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur
berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (QS. Az Zumar : 21)
(3) Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk
(menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu
menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan
akalnya (QS. Ar Ruum : 24)
Lalu, langkah konkret apa yang harus
kulakukan? Jelas, mempelajari dan mendalami Al Qur’an itu sendiri. Aku
berencana menyelesaikan hafalanku setelah lulus kuliah (Februari 2019) hingga
akhir tahun tersebut. Sembari menghafal, aku juga meniatkan untuk mempelajari
dan mendalami tafsirnya, mempelajari segala hal tentang Al Qur’an, sambil terus
latihan menulis. Selanjutnya, aku akan melanjutkan program master of Islamic Studies, University Malaya. Nantinya di sana aku
akan melakukan riset dalam bidang studi Al Qur’an dan Hadith. Aku sudah
beberapa kali berdiskusi dengan dosen, mencari info sebanyak-banyaknya soal
studi lanjut di Malaysia, beasiswa yang mendukung program tersebut, dan
lain-lain. Doakan semoga segalanya berjalan dengan lancar ya, Pembaca. So,
when you know Rosyda Amalia, you know her as a book author and the expert of
self-improvement based on Al Qur’an studies.
Jawaban kedua, hitung-hitungan
penghasilan. Sejujurnya, aku sangat tidak ahli dalam hal ini. Karenanya, aku
menawarkan pada Pembaca, barangkali ada yang ahli dalam urusan ini, aku dengan senang
hati bersedia untuk diajak berkolaborasi. Tetapi, aku akan mencoba melakukan
hitungan kasar terlebih dahulu―sebisaku.
Juli
lalu, aku mendapat kabar bahwa pihak Elex Media Komputindo telah mentransfer
uang sebesar Rp836.181,00 yang merupakan DP awal royalti. Besarnya adalah 15%
dari estimasi penjualan. Jumlah tersebut sudah dipotong pajak sebesar 30%. Aku
benar-benar belum paham bagaimana cara menghitungnya, yang aku paham adalah
uang sebesar Rp836.181,00 jelas tidak layak dibilang cukup sebagai penghasilan
bulanan. Apalagi, rentang pengiriman uang royalti itu adalah Agustus-Februari.
Lalu, bagaimana aku bisa mendapatkan penghasilan yang sama dengan si A yang
bekerja di kantor? Hitunglah Juli-Januari ini royalti bukuku adalah
Rp800.000,00. Itu artinya satu bulan aku hanya mendapat Rp100.000,00. Bagaimana
menaikkan pendapatan Rp100.000,00 menjadi 10 juta?
Aku berencana untuk membuat pemasaran
yang lebih masif lagi. Kemarin, aku tidak begitu peduli soal royalti, sebab
niat awalku menulis bukan untuk mencari uang. Tetapi kemudian, keputusanku
untuk bekerja menjadi penulis, mau tidak mau membuatku harus berkutat dengan
angka-angka penghasilan. Jadi, aku akan lebih gencar mempromosikan bukuku lewat
media sosial―dibantu dengan desain yang unik dan menarik. Aku juga akan meminta
testimoni dari orang-orang ternama sehingga mampu menarik lebih banyak pembaca.
Aku juga akan membuat video profile
yang menjelaskan secara singkat seperti apa isi bukuku. Selain itu, aku
berencana untuk mengadakan launching
buku sehingga akan lebih banyak orang yang tahu bahwa aku baru saja menerbitkan
buku.
Nah, tetapi, kembali pada perhitungan
tadi, katakanlah dengan berbagai macam cara di atas aku bisa menaikkannya
hingga Rp8.000.000,00 yang itu artinya jika dibagi 8, aku mendapatkan
penghasilan Rp1.000.000 perbulan. Itu satu buku. Untuk melipatgandakannya
menjadi 10 juta, itu artinya aku harus bisa paling tidak menghasilkan 10 buku
dalam waktu 8 bulan. Waw! Bahkan buku
pertamaku selesai dalam waktu 2 tahun. Oke, berarti yang harus dipikirkan
sekarang adalah, bukan sulit dan tidak mungkinnya. Bang Robi sudah sangat baik
mendukungku dengan memberi begitu banyak nasihat dan kemungkinan yang mesti
dicoba, kenapa aku mesti pesimis? Yakin bahwa niat awal menulis adalah menyebar
kebaikan, lalu berusaha dan berdoa pada Allah supaya Allah memberikan bantuan
yang besar untuk menyebarkan kebaikan via tulisan itu untuk jutaan orang di
dunia ini. Semakin banyak dibaca orang, semakin banyak memberikan manfaat! Bismillah!
Melihat hasil perhitungan di atas, mau
tidak mau aku harus belajar ilmu marketing.
Aku juga harus terus berinovasi dan paham bagaimana cara lain untuk mendapatkan
penghasilan X sebulan dengan cara a, b, c, dan d. Nah Pembaca, ada yang
bersedia mengajariku? :)
Jawaban ketiga, daftar orang-orang
yang akan kuhubungi, guna meminta dukungan atas mimpi dan cita-citaku. Mulai
dari orang yang cukup dekat denganku, yakni Sucia Ramadhani―penulis 23 novel.
Kemudian Mas Robi Afrizan Saputra―penulis 11 buku motivasi Islam. Selanjutnya,
ada beberapa tokoh Forum Lingkar Pena yang cukup bisa dijangkau, seperti Bunda
Sinta Yudisia, Bunda Afra (Afifah Afra), Bunda Helvy Tiana Rosa, Bunda Asma
Nadia, Kang Abik (Habiburrahman), dan beberapa penulis lainnya yang saya yakin,
telah sangat berpengalaman di bidang kepenulisan. Selain itu, tentunya saya
juga harus menghubungi tokoh untuk segi keilmuan Al Qur’annya. Saya berencana untuk
bisa menghubungi teman dan adik-adik kelas saya yang sudah menyelesaikan
hafalan Al-Qur’annya, seperti Galuh Ratna, Muhammad Aufa Aulia, Mujahid, dan
Abdi Firmansyah. Saya juga berencana untuk menghubungi Ustad Salim A. Fillah,
Ustad Ransi Al-Indragiri, Ustad Anton Ismunanto, dan Ustad Hamid Fahmy Zarkasy.
Mohon doanya semoga dilancarkan ya, Pembaca :’)
Nah, sudah sampai di penghujung
tulisan. Doa saya, semoga setelah ini akan ada banyak pembaca yang tertarik dan
berkenan untuk berkolaborasi dengan saya menjaga firman-firman Allah. Bisa
dengan desain, marketing, saran,
nasihat, atau yang lain. Bagi saya, menjaga Al Qur’an tidak cukup hanya dengan
menghafalnya saja. Tetapi juga memahami, mengamalkan, dan membaginya dengan
banyak orang sehingga akan semakin banyak muslim yang menyimpan Al Qur’an di
dada mereka. Dan saya akan mewujudkan mimpi itu melalui buku-buku yang saya
tulis. In sya Allah. Bantu saya dengan doa Anda sekalian ya, Pembaca :’)
So, do you wanna join this mission? Let’s collaborate!
Terima kasih banyak untuk,
Ayah dan Ibuku, yang tak pernah lelah mendukung dan mendoakanku.
Bang Robi, yang telah memberikan banyak sekali masukan dan pencerahan.
Cia dan Mas Robi, yang membantu menjawab kegelisahan-kegelisahanku.
Dan Pandu, yang sering sekali kubuat repot. Sebab katanya matahari muncul ketika malam semakin pekat.
Terima kasih untuk Anda semua, Pembaca!
Terima kasih banyak untuk,
Ayah dan Ibuku, yang tak pernah lelah mendukung dan mendoakanku.
Bang Robi, yang telah memberikan banyak sekali masukan dan pencerahan.
Cia dan Mas Robi, yang membantu menjawab kegelisahan-kegelisahanku.
Dan Pandu, yang sering sekali kubuat repot. Sebab katanya matahari muncul ketika malam semakin pekat.
Terima kasih untuk Anda semua, Pembaca!
Comments
Post a Comment